KEANGGOTAAN : 322/JTI/2023
INDEXED BY :
TAUTAN PENTING:
TOOLS:
google-site-verification=yamtSrej8OjCb745lmEGEzgwR4u-syVlwk-cxq5HXcI
Ekosistem (ecological system) adalah interaksi antara biota dengan lingkungannya dalam suatu sistem (Romimohtarto & Juwana, 2007). Terdiri dari faktor abiotik dan biotik membuat ekosistem menjadi suatu area yang kompleks dan memiliki ciri khas yang berbeda antara satu dengan lainnya. Faktor abiotik berupa komponen-komponen fisika kimia yang mempengaruhi kondisi suatu perairan seperti air, angin, temperatur, sedimen, sedangkan faktor biotik berupa makhluk hidup dalam hal ini biota. Di sebagian besar wilayah perairan terdapat banyak sekali jenis biota yang saling berinteraksi, tetapi di masing-masing wilayah perairan hanya terdapat beberapa jenis biota yang hidup dan berinteraksi karena kendala makanan khususnya dan kendala lingkungan pada umumnya.
Di wilayah pesisir sendiri ada beberapa ekosistem utama di antara yakni ekosistem hutan mangrove, terumbu karang, padang lamun, estuari, laut dalam dan berbagai ekosistem lainnya. Masing-masing ekosistem tersebut memiliki peranan yang berbeda. Tidak semua wilayah pesisir memiliki ekosistem yang komplit, ada juga yang hanya memiliki ekosistem estuari dan hutan mangrove akan tetapi tidak memiliki ekosistem padang lamun dan terumbu karang yang diakibatkan karena faktor fisika kimia dan topografi dari setiap wilayah berbeda-beda.
Habitat lamun memiliki bagian penting dalam mendukung ekosistem di sekitarnya terlebih ekosistem terumbu karang. Lamun dengan segala fungsi yang ada merupakan tempat berkembangnya larva dan juvenil organisme perairan, tempat mencari makan bagi berbagai jenis organisme, perangkap sedimen dari daratan, dan masih banyak lagi. Lamun sebagai makanan pokok bagi duyung dan penyu (USAID, 2018).
ISBN: 978-623-5431-94-9
Referensi:
Anonimous. 2008. Pedoman Umum Identifikasi dan Monitoring Lamun. Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP); Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut. PT Bina Mitra Wahana. 86 hal
Calumpong, H. P dan E. G. Menes. 1997. Field Guide to the Common Mangroves, Seagrasses and Algae of the Philippines. Inc. Makati City, Philippines. p 197.
Kordi K. M. G. H. 2011. Ekosistem Lamun (Seagrass). Penerbit Rineka Cipta ; Jakarta. 191 hal.
Mellors, J dan Len McKenzie. 2009. Seagrass Monitoring Guidelines for Torres Strait Communities. Seagrass – Watch HQ. Townsville, Australia. p 60.
Merly, SL. 2012. Status Ekosistem Padang Lamun (Seagrass Beds) di Desa Arakan Kecamatan Tatapaan Kabupaten Minahasa Selatan. Skripsi. Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado.
Short, F. T., L. J. McKenzie, R. G. Coles dan J. L. Gaeckle. 2004. SeagrassNet: Manual for Scientific Monitoring of Seagrass Habitat – Western Pacific Edition. University of New Hampshire, USA dan Northern Fisheries Centre, Australia.
Short, F. T., Dennison, W. C., Carruthers, T.J.B. dan M. Waycott. 2007. Global Seagrass Distribution and Diversity; A Bioregional Model. Journal of Experimental Marine Biology 350: 3 – 20.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.